Thursday, September 19, 2013

Berteman dengan Sepi

Samar-samar teringat saat pertama kali aku berkenalan dengannya, yang kuingat dengan kuat adalah tangannya yang dingin saat kami saling menjabat. Sepi namanya. 
Banyak kudengar kabar tentangnya, Sepi. Tidak banyak yang menyukainya, namun setahuku beberapa orang sangat dekat dengan Sepi. Nalarku berkata “Jangan berteman dengan Sepi.” tapi hatiku berkata lain. Kali ini hati pemenangnya. 
Aku mulai mengenal Sepi. Sepi tidak banyak bicara, bahkan dapat kukatakan dia cenderung pendiam. 
Namun, ternyata Sepi tidak seperti yang dulu kubayangkan, tidak seperti yang ditakutkan banyak orang di luar sana. Aku banyak belajar darinya.
Sepi membuatku lebih menyayangi Apa dan Siapa yang ada di sekelilingku.
Sepi menyadarkanku betapa pentingnya keluargaku, betapa mereka mencintaiku dan bahwa seharusnya aku bisa lebih mencintai mereka, bahwa seharusnya aku tahu aku akan selalu memiliki tempat untuk pulang bahkan saat seluruh dunia enggan denganku.
Kini aku dan Sepi jarang sekali bertemu. Hampir tidak pernah kami saling bertukar kabar. Tapi aku masih sangat tahu bahwa saat aku seakan tidak sanggup berhadapan dengan Apa dan Siapa, aku ingat bahwa aku dapat berteman dengan sepi.

No comments:

Post a Comment